Pages

Rabu, 16 April 2014

Capeknya Jadi Suporter Bola


Suporter bola. gw mendukung klub yang sama dengan suporter di atas. gambar diambil dari google

Suporter bola adalah orang yang memberikan dukungan ketika ada tim bola yang bermain. Suporter bola itu ada tingkatannya, mulai yang karbit sampai yang fanatik. Untuk tingkatan suporter ini, tidak perlu gw jelaskan lah, karena masih banyak yang lebih mengerti dari gw. 



Gw sendiri jadi suporter bola, tapi gak sampai fanatik lah. Mengutip kata-kata seseorang (gw lupa siapa yang mengucapkan) “fanatik itu dekat dengan kebodohan”. Kata-kata itu ada benarnya, tahu dong segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik? Seperti itulah fanatik, berlebihan. gw mau bahas capeknya jadi suporter bola klub luar (karena gw juga salah satu suporter bola klub di luar Indonesia juga sih, hehe).



Jadi suporter bola itu bisa sampai bikin stres. Kalau tim kesayangan kalah, rasanya sakit apalagi kalau kita tahu kalahnya sama rival utama dan tim kecil. Yang paling menyakitkan itu kalau misalnya tim kesayangan main di final suatu kompetisi terus kalah. Gelar juara sudah di depan mata, tapi apa daya tim kita kalah. Itu sakit. Kalau sudah kalah begitu, ada yang bad mood lah, tidurnya gak nyenyak lah, sampai stres pun bisa. Kalau sudah begitu bisa berpengaruh kan sama kinerja kita di sekolah, kampus, atau kantor.



Itu baru satu alasan untuk stres. Alasan kedua, tim kesayangan kita diledek sama suporter tim lain. Apalagi yang sama-sama satu liga, beuh... kalau sudah tanding sama tim mereka, terus kalah, bakal jadi ledekan mereka. itu bisa bikin emosi dan lagi-lagi, stres kalau gak bisa nyalurin emosinya. 



Alasan ketiga untuk stres, pemain kesayangan pindah klub. Ini sih sebenernya wajar dan biasa aja. Tapi kalau pindahnya ke klub lawan di satu liga dan itu rival abadi, gak bisa digambarin deh bagaimana sakit dan emosinya ketika dikhianati. Kita sudah sakit hati sama itu pemain, plus di buat emosi sama suporter tim si pemain pengkhianat yang ngeledekin. Bisa jadi dari hal semacam ini seorang suporter stres. 



  • Alasan keempat, mungkin ini cuma sedikit kali ya yang merasakan. Suporter ini stres juga waktu transfer window (transfer window adalah waktu dimana klub-klub bebas jual beli pemain, biasanya dibuka bulan Januari sampai awal Februari dan waktu jeda kompetisi liga di musim panas). Stresnya itu ya harap-harap cemas pemain dari klub kesayangan mereka gak akan ada yang pindah ke klub lain, apalagi klub rival. Harap-harap cemas yang kedua itu mereka berharap klub kesayangannya beli pemain yang jago. Dan disini posisi media bisa memperparah harapan-harapan itu dengan rumor-rumor yang mereka tulis (ini tergantung bagaimana suporter menanggapi rumor). Bisa jadi stres juga kan suporternya, berharap tapi gak kesampaian.



Yah, kira-kira seperti itu gambaran capeknya jadi suporter bola klub luar. Gak kebayang bagaimana mereka yang nan jauh di sana mendukung klubnya habis-habisan, bahkan sampai rela kehilangan nyawa. Di pikir, padahal cuma jadi suporter aja kok bisa capek ya? Sampai stres pula. Ya begitulah. Suka sama klub bola boleh, asal jangan terlalu fanatik, itu tidak baik. Gw juga lama-lama capek jadi suporter klub bola, mungkin sudah saatnya saya istirahat dari semua hal yang berbau bola. Pertanyaannya, apa saya bisa?






Sekian ya post-nya. Ada yang mau nambahin? Silahkan di komen....

Rabu, 16 April 2014

Capeknya Jadi Suporter Bola


Suporter bola. gw mendukung klub yang sama dengan suporter di atas. gambar diambil dari google

Suporter bola adalah orang yang memberikan dukungan ketika ada tim bola yang bermain. Suporter bola itu ada tingkatannya, mulai yang karbit sampai yang fanatik. Untuk tingkatan suporter ini, tidak perlu gw jelaskan lah, karena masih banyak yang lebih mengerti dari gw. 



Gw sendiri jadi suporter bola, tapi gak sampai fanatik lah. Mengutip kata-kata seseorang (gw lupa siapa yang mengucapkan) “fanatik itu dekat dengan kebodohan”. Kata-kata itu ada benarnya, tahu dong segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik? Seperti itulah fanatik, berlebihan. gw mau bahas capeknya jadi suporter bola klub luar (karena gw juga salah satu suporter bola klub di luar Indonesia juga sih, hehe).



Jadi suporter bola itu bisa sampai bikin stres. Kalau tim kesayangan kalah, rasanya sakit apalagi kalau kita tahu kalahnya sama rival utama dan tim kecil. Yang paling menyakitkan itu kalau misalnya tim kesayangan main di final suatu kompetisi terus kalah. Gelar juara sudah di depan mata, tapi apa daya tim kita kalah. Itu sakit. Kalau sudah kalah begitu, ada yang bad mood lah, tidurnya gak nyenyak lah, sampai stres pun bisa. Kalau sudah begitu bisa berpengaruh kan sama kinerja kita di sekolah, kampus, atau kantor.



Itu baru satu alasan untuk stres. Alasan kedua, tim kesayangan kita diledek sama suporter tim lain. Apalagi yang sama-sama satu liga, beuh... kalau sudah tanding sama tim mereka, terus kalah, bakal jadi ledekan mereka. itu bisa bikin emosi dan lagi-lagi, stres kalau gak bisa nyalurin emosinya. 



Alasan ketiga untuk stres, pemain kesayangan pindah klub. Ini sih sebenernya wajar dan biasa aja. Tapi kalau pindahnya ke klub lawan di satu liga dan itu rival abadi, gak bisa digambarin deh bagaimana sakit dan emosinya ketika dikhianati. Kita sudah sakit hati sama itu pemain, plus di buat emosi sama suporter tim si pemain pengkhianat yang ngeledekin. Bisa jadi dari hal semacam ini seorang suporter stres. 



  • Alasan keempat, mungkin ini cuma sedikit kali ya yang merasakan. Suporter ini stres juga waktu transfer window (transfer window adalah waktu dimana klub-klub bebas jual beli pemain, biasanya dibuka bulan Januari sampai awal Februari dan waktu jeda kompetisi liga di musim panas). Stresnya itu ya harap-harap cemas pemain dari klub kesayangan mereka gak akan ada yang pindah ke klub lain, apalagi klub rival. Harap-harap cemas yang kedua itu mereka berharap klub kesayangannya beli pemain yang jago. Dan disini posisi media bisa memperparah harapan-harapan itu dengan rumor-rumor yang mereka tulis (ini tergantung bagaimana suporter menanggapi rumor). Bisa jadi stres juga kan suporternya, berharap tapi gak kesampaian.



Yah, kira-kira seperti itu gambaran capeknya jadi suporter bola klub luar. Gak kebayang bagaimana mereka yang nan jauh di sana mendukung klubnya habis-habisan, bahkan sampai rela kehilangan nyawa. Di pikir, padahal cuma jadi suporter aja kok bisa capek ya? Sampai stres pula. Ya begitulah. Suka sama klub bola boleh, asal jangan terlalu fanatik, itu tidak baik. Gw juga lama-lama capek jadi suporter klub bola, mungkin sudah saatnya saya istirahat dari semua hal yang berbau bola. Pertanyaannya, apa saya bisa?






Sekian ya post-nya. Ada yang mau nambahin? Silahkan di komen....