Suporter bola adalah orang
yang memberikan dukungan ketika ada tim bola yang bermain. Suporter bola itu
ada tingkatannya, mulai yang karbit sampai yang fanatik. Untuk tingkatan
suporter ini, tidak perlu gw jelaskan lah, karena masih banyak yang lebih
mengerti dari gw.
Gw sendiri jadi suporter
bola, tapi gak sampai fanatik lah. Mengutip kata-kata seseorang (gw lupa
siapa yang mengucapkan) “fanatik itu
dekat dengan kebodohan”. Kata-kata itu ada benarnya, tahu dong segala
sesuatu yang berlebihan itu tidak baik? Seperti itulah fanatik, berlebihan. gw
mau bahas capeknya jadi suporter bola klub luar (karena gw juga salah satu
suporter bola klub di luar Indonesia juga sih, hehe).
Jadi suporter bola itu bisa
sampai bikin stres. Kalau tim kesayangan kalah, rasanya sakit apalagi kalau
kita tahu kalahnya sama rival utama dan tim kecil. Yang paling menyakitkan itu
kalau misalnya tim kesayangan main di final suatu kompetisi terus kalah. Gelar juara
sudah di depan mata, tapi apa daya tim kita kalah. Itu sakit. Kalau sudah kalah
begitu, ada yang bad mood lah,
tidurnya gak nyenyak lah, sampai stres pun bisa. Kalau sudah begitu bisa berpengaruh
kan sama kinerja kita di sekolah, kampus, atau kantor.
Itu baru satu alasan untuk
stres. Alasan kedua, tim kesayangan
kita diledek sama suporter tim lain. Apalagi
yang sama-sama satu liga, beuh...
kalau sudah tanding sama tim mereka, terus kalah, bakal jadi ledekan mereka.
itu bisa bikin emosi dan lagi-lagi, stres kalau gak bisa nyalurin
emosinya.
Alasan
ketiga untuk stres, pemain kesayangan pindah klub. Ini sih
sebenernya wajar dan biasa aja. Tapi
kalau pindahnya ke klub lawan di satu liga dan itu rival abadi, gak bisa
digambarin deh bagaimana sakit dan
emosinya ketika dikhianati. Kita sudah sakit hati sama itu pemain, plus di buat emosi sama suporter tim si
pemain pengkhianat yang ngeledekin. Bisa
jadi dari hal semacam ini seorang suporter stres.
- Alasan keempat, mungkin ini cuma sedikit kali ya yang merasakan. Suporter ini stres juga waktu transfer window (transfer window adalah waktu dimana klub-klub bebas jual beli pemain, biasanya dibuka bulan Januari sampai awal Februari dan waktu jeda kompetisi liga di musim panas). Stresnya itu ya harap-harap cemas pemain dari klub kesayangan mereka gak akan ada yang pindah ke klub lain, apalagi klub rival. Harap-harap cemas yang kedua itu mereka berharap klub kesayangannya beli pemain yang jago. Dan disini posisi media bisa memperparah harapan-harapan itu dengan rumor-rumor yang mereka tulis (ini tergantung bagaimana suporter menanggapi rumor). Bisa jadi stres juga kan suporternya, berharap tapi gak kesampaian.
Yah, kira-kira seperti itu
gambaran capeknya jadi suporter bola klub luar. Gak kebayang bagaimana mereka yang nan jauh di sana mendukung
klubnya habis-habisan, bahkan sampai rela kehilangan nyawa. Di pikir, padahal cuma
jadi suporter aja kok bisa capek ya? Sampai
stres pula. Ya begitulah. Suka sama klub
bola boleh, asal jangan terlalu fanatik, itu tidak baik. Gw juga
lama-lama capek jadi suporter klub bola, mungkin sudah saatnya saya istirahat
dari semua hal yang berbau bola. Pertanyaannya, apa saya bisa?
Sekian ya post-nya. Ada yang mau nambahin? Silahkan di komen....